Global Var

tentang beliau

Ada kenangan tentang mu pagi ini, Abah. Ah, tepatnya bukan kenangan tapi sekedar ingat dan mengingatmu. bah, kau teladan yang baik untuk kami anak-anak mu. Dan tentunya selalu menjadi pelita disetiap gerak dan langkah kami. Karena aku hanya bisa menulis saja, maka akan aku tuliskan seuntaian kebanggaan terhadap mu. Seperti ini kiranya;
Aku tahu selalu ada masa ketika hidup ini begitu indah, dan ada kalanya akan terasa pahit. Selalu kau katakan padaku (kami):
"Hiduplah yang wajar, jangan terlalu banyak ingin. Karena ingin bisa menderamu dengan segala pinta yang ada." lalu aku bertanya.
"Bukannya manusia selalu harus punya keinginan?"
"Tepatnya cita-cita bukan keinginan." begitu menurutnya.
Itu tentang hidup dan masa depan. Abah selalu menuntun aku (kami) untuk melihat masa depan, dengan bersandar pada masa kini, dan melihat sejarah sebagai cerminan. Ada yang menarik ketika sebentar dia berucap; "abah tidak akan mewariskan harta padamu, tapi bah akan mewariskan harti". Aku sadar, ternyata setiap ucapan darinya adalah ilmu, setiap perbuatan adalah contoh nyata dari sebuah konsistensi, setiap diamnya ada peduli, setiap marahnya ada sayang, dan dalam setiap doanya selalu ada aku (kami).
Abah, aku selalu bangga memiliki sosok bapak sepertimu. Hari ini aku ingin memelukmu dan berkata:
"Bahasa takkan cukup untuk mengungkap perasaan sayangku padamu. Biar hangat pelukan ini yang menjadi jembatan diantara jurang kata yang menganga. Jangan tanya kenapa, Abah. Seperti kau tahu, aku selalu tak bisa berkata(-kata)".


:seburat rasa bangga untukmu, Abah.